Rabu, 10 Desember 2014

Ritual Jawa

ARI-ARI

Mengapa orang Jawa mempunyai rasa hormat sehingga tidak sembarangan dalam memperlakukan ari-ari? Karena dalam keyakinan orang Jawa, ari-ari adalah bagian dari sedulur (saudara) dari bayi. Sudah barang tentu, sebagai sedulur atau saudara, ari-ari ini dianggap mempunyai ruh yang diyakini mempunyai hubungan yang dekat dengan bayi. Itulah mengapa ari-ari atau tembuni yang merupakan bagian dari saudara sang bayi harus dikubur secara layak.

Setelah bayi dilahirkan dan tali pusar dipotong, biasanya ari-ari dibersihkan dengan cara dicuci memakai air. Setelah bersih, ari-ari dimasukkan ke dalam sebuah wadah yang terbuat dari gerabah. Ada pula yang tidak langsung memasukkan ke dalam wadah tersebut, tetapi membungkusnya dahulu dengan kain putih yang bersih. Setelah dimasukkan wadah dan ditutup, ari-ari tersebut baru kemudian dikubur atau ditanam di dalam tanah.

Cara menguburnya pun bisa dibilang unik, akan dikubur di sebelah mana, tergantung dari jenis kelamin sang bayi. Ada pula yang membarengi penguburan ari-ari itu dengan menaruh barang-barang tertentu di dalam wadah. Barang atau benda tertentu itu, misalnya, pena agar kelak sang anak menjadi terpelajar, cermin agar kelak pandai berdandan, jarum agar kelak sang anak pandai menjahit, dan lain sebagainya. Setelah dikubur, di atas gundukan tanahnya ada yang menaburkan bunga, kemudian diberi lampu atau alat penerang agar sedulur¬-nya tidak kegelapan; atau ada yang merasionalisasi tentang penerang ini, menurut mereka, agar kubur atau timbunan ari-ari tidak dibongkar oleh anjing atau hewan pemakan daging lainnya.



adat mengubur tali pusar atau ari-ari



Kelahiran merupakan momen yang ditunggu oleh orangtua, setelah menunggu selama sembilan bulan akhirnya si jabang bayi keluar dari perut ibu, tentu ini merupakan anugerah yang diterima oleh setiap pasangan. Namun tahukah Anda ada daya magis yang tersembunyi dari tali pusarseorang bayi.
Dalam budaya Jawa, ternyata dalam menangani talipusar pun ada tata cara tersendiri, karena menurut kepercayaan masyarakat Jawa, tali pusar sangat berhubungan erat dengan bayi, dan sering disebut kembaran atau penjaga bayi saat di dalam rahim ibu.

Adapun cara untuk menanam tali pusar disesuaikan berdasarkan urut-urutan. Tali pusar jabang bayi dimasukkan ke dalam tempat yang terbuat dari tanah liat, bentuknya seperti kuali kecil, kemudian tali pusar dibungkus dengan kain putih atau mori itu, juga disertakan dengan bunga setaman.

Syarat menanam tali pusar harus diperhatikan seperti sebisa mungkin tidak mudah diambil oleh orang lain, atau menggali tanahnya terlalu dangkal. Ketika mengubur tali pusar diiringi dengan do'a, kemudian memasukkan tali pusar dan wadanya ke dalam lubang yang telah dipersiapkan.

Lubang yang dibuat untuk menanam tali pusar bertempat di depan rumah yang ditinggali selama ini. Persyartan lainnya adalah apabila bayi yang dilahirkan berjenis kelamin laki-laki, maka untuk menanam tali pusar lubangnya dibuat di sebelah kanan dari pintu depan rumah. Jika bayi yang dilahirkan adalah perempuan, lubang untuk menanam tali pusar diletakkan di sebelah kiri pintu rumah.

Setelah semua prosesi diselesaikan tidak lupa lokasi tempat untuk menanam diberikan tetenger atau penutup. Bisa anyaman bambu yang dibuat seperti kurungan ayam, atau sebuah ember berwarna merah, bisa juga kuali sedang yang bawahnya dipecah, dan beberapa penutup lainnya.

Hal ini dibiarkan selama beberapa bulan diberikan lampu penarangan berupa lampu listrik lima watt atau kalau tradisional menggunakan lampu minyak tanah, seperti lampu dian, lampu teplok, atau ting. Lampu dinyalakan hanya menjelang malam hingga pagi, atau saat matahari terbenam saja, sedangkan siang hari, lampu penerangan tersebut dimatikan.

Kadang-kala diwaktu hari-hari tertentu, tempat tali pusara bayi diberikan bunga setaman. Misalnya saja pada saat bayi menderita sakit, seperti demam, sering menangis tengah malamnya, dan tangisan jabang bayi yang tidak wajar yaitu menangis tetapi tidak mengeluarkan air mata. Ini merupakan pertanda jika bayi diganggu oleh makhluk halus dan sejenisnya.

Untuk memberikan kekuatan pada sang bayi khususnya secara ghaib, disarankan sering diadakan bancaan (selamatan) pada hari weton atau pasarannya. Dan juga menaruh bunga setaman tepat di tali pusar yang sudah dipendam. Begitu jabang bayi telah menginjak dewasa dan sudah bisa mandiri, bekerja sendiri, mencukupi kehidupan sendiri dan lain sebagainya bekas tali pusar juga bisa dimanfaatkan untuk media keselamatan dan ketentraman.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar